Nama : Ermiati
NIM : J1B108038
KEADAAN LAHAN BASAH DI AMUNTAI,
KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA
Pengertian lahan basah adalah lahan yang secara alami atau buatan selalu tergenang, baik secara terus-menerus ataupun musiman, dengan air yang diam ataupun mengalir. Air yang menggenangi lahan basah dapat berupa air tawar, payau dan asin. Tinggi muka air laut yang menggenangi lahan basah yang terdapat di pinggir laut tidak lebih dari 6 meter pada kondisi surut.
Lahan basah merupakan daerah yang memiliki lahan tanah yang jenuh dengan uap air baik secara permanen atau musiman. Daerah seperti ini juga dapat meliputi sebagian atau sepenuhnya oleh dangkal renang air. Air yang ditemukan di lahan dapat memiliki rasa asin, tawar atau payau.
Fungsi lahan basah antara lain sebagai pengendali banjir, sebagai sumber mata air, berperan penting dalam pengelolaan gas rumah kaca (terutama karbon dioksida) dan penyangga dampak perubahan iklim, menjaga keanekaragaman hayati, sebagai tempat pariwisata dan rekreasi karena keindahan alam serta keanekaragaman tumbuh-tumbuhannya. Selain itu lahan basah juga memberikan berbagai manfaat kepada manusia lainnya dalam bentuk produk yang dapat dimanfaatkan untuk manusia gunakan. Kisaran besar adalah: buah-buahan, ikan, , resins, kayu untuk bangunan, fuelwood, reeds untuk thatching dan tenun, makanan untuk hewan, dan lain-lain.
Salah satu lahan basah di Kalimantan khususnya Kalimantan Selatan adalah di kota Amuntai, Kabupaten Hulu Sungai Utara, Provinsi Kalimantan Selatan. Kota Amuntai ini terletak pada garis lintang selatan 2o25’8. 72” dan garis bujur timur 115o 4’ 50, 28”. Berikut ini gambar yang diambil dari google earth mengenei lahan basah yang ada di Amuntai.
Gambar 1. rawa yang ada di Amuntai
Jenis lahan basah yang ada di kota Amuntai ini berjenis daerah rawa, rawa sendiri diartikan sebagai Rawa adalah lahan genangan air secara ilmiah yang terjadi terus-menerus atau musiman akibat drainase yang terhambat serta mempunyai ciri-ciri khusus secara fisika, kimiawi dan biologis.
Definisi yang lain dari rawa adalah semua macam tanah berlumpur yang terbuat secara alami, atau buatan manusia dengan mencampurkan air tawar dan air laut, secara permanen atau sementara, termasuk daerah laut yang dalam airnya kurang dari 6 m pada saat air surut yakni rawa dan tanah pasang surut. Rawa-rawa yang memiliki penuh nutrisi, adalah gudang harta ekologis untuk kehidupan berbagai macam makhluk hidup. Rawa-rawa juga disebut "pembersih alamiah", karena rawa-rawa itu berfungsi untuk mencegah polusi atau pencemaran lingkungan alam. Dengan alasan itu, rawa-rawa memiliki nilai tinggi dalam segi ekonomi, budaya, lingkungan hidup dan lain-lain, sehingga lingkungan rawa harus tetap dijaga kelestariannya.
Jika belum melihat langsung, mungkin tidak percaya ada sebuah kabupaten yang 20 persen wilayahnya berupa daratan, sedangkan 80 persen sisanya merupakan hamparan rawa yang dipenuhi enceng gondok.
Itulah Hulu Sungai Utara, satu dari dua kabupaten di Provinsi Kalimantan Selatan yang masuk kategori terbelakang dari segi Pendapatan Asli Daerah (PAD).
Ditinjau secara geografis, Kabupaten Hulu Sungai Utara terletak pada koordinat antara 2º sampai 3º lintang selatan dan 115º sampai 116º bujur timur. Wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara terletak di daerah dataran rendah dengan ketinggian berkisar antara 0 m sampai dengan 7 m di atas permukaan air laut dan dengan kemiringan berkisar antara 0 persen sampai dengan 2 persen. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi oleh keadaan iklim, keadaan geografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Jumlah curah hujan terbanyak di tahun 2005 terjadi pada bulan Februari yang mencapai 359 mm dan pada bulan April yang mencapai 351 mm dengan jumlah hari hujan masing-masing 14 dan 19. Data penggunaan tanah pada tahun 2005 di wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara yaitu untuk Kampung seluas 4.283 Ha, Sawah seluas 23.853 Ha, Kebun Campuran 1.859 Ha, Hutan Rawa 29.711 Ha, Rumput Rawa 22.768 Ha dan Danau seluas 1.800 Ha serta penggunaan lainnya yang tak dapat dirinci seluas 1.224 Ha.
Luas wilayah Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah ± 892,7 km2 atau hanya ± 2,38 persen dibandingkan dengan luas wilayah Provinsi Kalimantan Selatan. Kabupaten Hulu Sungai Utara dengan ibukota Amuntai, pada bagian utara berbatasan dengan Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten Tabalong, sebelah selatan dibatasi oleh Kabupaten Hulu Sungai Selatan dan Kabupaten Hulu Sungai Tengah, sebelah timur dengan Kabupaten Balangan, dan sebelah barat dengan Kabupaten Barito Selatan Provinsi Kalimantan Tengah. Kabupaten Hulu Sungai Utara meliputi 7 (tujuh) kecamatan. Daerah yang paling luas adalah Kecamatan Danau Panggang yaitu mencapai 42,64 persen atau 380,62 km2, kemudian Kecamatan Amuntai Selatan 183,16 km2, Kecamatan Amuntai Utara 79,24 km2, Kecamatan Babirik 77,44 km2, Kecamatan Sungai Pandan 74,24 km2, Kecamatan Amuntai Tengah 56,99 km2, dan kecamatan yang mempunyai luas terkecil adalah Kecamatan Banjang dengan luas 41,01 km2 atau hanya 4,59 persen dari luas Kabupaten Hulu Sungai Utara.
Gambar 2. Peta wilayah kabupaten Hulu Sungai Utara
Kondisi lahan basah yang ada di Kota Amuntai banyak ditumbuhi oleh tumbuhan air yaitu seperti teratai, eceng gondok dan kayapu.
Teratai
Teratai dibudidayakan di perairan dan kolam, kadang ditemukan tumbuh liar di rawa-rawa. Teratai (Nymphaea sp) adalah tanaman air yang sangat diminati para pencinta tanaman hias karena sosoknya yang natural, eksotis dan dekoratif sehingga dapat menjadikan taman lebih semarak sekaligus menyejukkan pandangan. Teratai sering disebut Seroja atau Padma, di Eropa juga disebut Water Lily karena bunganya mirip bunga Lily.
Selain berbunga cantik, ternyata tanaman ini juga sering digunakan sebagai bahan pangan dan obat. Hampir seluruh bagian tanamannya dapat dimanfaatkan. Dalam pengobatan tradisional Cina, daun teratai dipercaya dapat menurunkan panas, menyembuhkan sakit kepala dan diare. Abu daun teratai mengandung efek homeostatik, yaitu kemampuan untuk mengembalikan kondisi tubuh ke keadaan normal, dan dipercaya dapat menghentikan pendarahan pada paru-paru, hidung dan rahim.
Selain daun, biji teratai juga bermanfaat untuk kesehatan jantung, limpa dan ginjal. Biji teratai biasa digunakan dalam membuat aneka kue, minuman atau bubur. Biji teratai juga mengandung efek astringen sehingga bermanfaat untuk mengobati diare dan juga mengandung efek sedatif sehingga berguna untuk mengatasi insomnia dan palpitasi (detak jantung cepat).
Aroma bunga teratai yang harum banyak digunakan dalam pengobatan energi bunga (flower's Bach Remedies). Aroma teratai meningkatkan vitalitas dan mempunyai efek menenangkan. Sumber lain mengatakan, rebusan bunga teratai dapat digunakan sebagai pereda pendarahan dan menyembuhkan radang kulit bernanah.
Selain daun dan biji, umbi teratai biasa diolah menjadi acar, tumisan, keripik dan dodol. Umbi teratai juga berkhasiat meredakan demam, tekanan darah tinggi dan wasir.
Eceng gondok
Eceng gondok tumbuh di kolam-kolam dangkal, tanah basah dan rawa, aliran air yang lambat, danau, tempat penampungan air dan sungai. Tumbuhan ini dapat mentolerir perubahan yang ektrim dari ketinggian air, laju air, dan perubahan ketersediaan nutrien, pH, temperatur dan racun-racun dalam air. Pertumbuhan eceng gondok yang cepat terutama disebabkan oleh air yang mengandung nutrien yang tinggi, terutama yang kaya akan nitrogen, fosfat dan potasium.
Eceng gondok hidup mengapung di air dan kadang-kadang berakar dalam tanah. Tingginya sekitar 0,4 - 0,8 meter. Tidak mempunyai batang. Daunnya tunggal dan berbentuk oval. Ujung dan pangkalnya meruncing, pangkal tangkai daun menggelembung. Permukaan daunnya licin dan berwarna hijau. Bunganya termasuk bunga majemuk, berbentuk bulir, kelopaknya berbentuk tabung. Bijinya berbentuk bulat dan berwarna hitam. Buahnya kotak beruang tiga dan berwarna hijau. Akarnya merupakan akar serabut.
Kayapu
Tanaman yang memiliki nama ilmiah Salvinia Cucullata ini memang banyak kita jumpai di daerah rawa berfungsi sebagai makanan ikan-ikan kecil di daerah rawa.
Sebagian besar penduduk dikota Amuntai memanfaatkan rawa dan lebak yang ada untuk bercocok tanam dan menanam tanaman sayur seperti jagung, terung, singkong dan lain-lain.
Semua kota mempunyai keunikan dan kekhasan nya sendiri, begitu pula dengan kota amuntai ini. Dikota ini terdapat fauna( binatang) khas, yaitu “itik mamar” ( di kenal dengan sebutan itik alabio) dan ”Kerbau Rawa”. Kedua binatang ini dijadikan maskot kota amuntai, bahkan di kota amuntai terdapat dua ekor patung itik yang sangat besar dan dua ekor patung kerbau.
Itik
Pada umumnya orang mengenal itik alabio, yang sebenarnya sentral penetasan dan peternakannya terdapat didesa mamar. Desa ini terletak sekitar 5 Km dari kota Amuntai. Dimana didesa ini mayoritas masyarakatnya beternak itik dan menetaskan telur itik. Dalam satu bulan ratusan ribu anak itik ditetaskan didesa ini, untuk selanjutnya dipasarkan. Adapun sebutan itik alabio karena tempat pemasaran utamanya terdapat di alabio kecamatan Sungai Pandan.
Kerbau Rawa
Ada lagi fauna khas kota ini, yaitu “ Kerbau Rawa”,atau dengan sebutan masyarakat setempat dikenal dengan sebutan “Hadangan”.
Disebut kerbau rawa karena daerah peternakan dan pemeliharaannya didaerah rawa ( Perairan). Hampir 80% wilayah Amuntai adalah lahan rawa. Tempat peternakan terbesar kerbau rawa ini terdapat di kecamatan Danau Panggang, sekitar 25 Km dari kota amuntai. Di kecamatan ini terdapat beberapa desa peternak kerbau rawa, diantaranya desa sapala dan ambahai .Jumlah kerbau yang diternakkan berjumlah puluhan sampai ratusan ekor, melebihi dari jumlah penduduk disatu desa tersebut.Kerbau – kerbau dilepas dari kandanganya dari pagi hari . Kerbau-kerbau dilepas tanpa tali ikatan dilehernya, dengan kata lain dilepas bebas. Tapi tentu saja dengan pengawasan gembala gembalanya. Pengembala kerbau menggunakan sampan ( jukung ). Pada sore hari kerbau-kerbau tersebut di bawa kembali kekandangnya oleh para gembala tadi. Kandang pada masyarakat setempat dikenal dengan sebutan “ Kalang”